Rasulan Dusun Keruk: Tak Sekedar Tradisi

Rasulan adalah salah satu tradisi khas masyarakat Gunungkidul.  Salah satu kearifan lokal yang patut dilestarikan. Tradisi rasulan yang kemudian bisa disebut bersih dusun atau bersih desa sudah ada sejak jaman dahulu.  Pada awalnya, rasulan adalah kegiatan para petani sebagai bentuk perwujudan syukur setelah masa panen tiba.  Namun kemudian tradisi rasulan bisa dilaksanakan jauh sesudah masa panen atau malah belum selesai panen.  Karena faktor musim yang selalu berubah serta itungan jawa untuk menemukan ‘hari baik’ terkadang akan memajukan atau memundurkan pelaksanaan rasulan ini.  Tetapi yang pasti, hari pelaksanaan tiap tahun selalu sama. Semisal Dusun Keruk akan melaksanakan tradisi Rasulan setiap Minggu Pahing.

rasulan

Jika di beberapa daerah Gunungkidul melaksanakan rasulan satu desa/kelurahan, tidak dengan Dusun Keruk, Desa Banjarejo, Tanjungsari.  Sejak dari jaman dahulu, tradisi rasulan dibeberapa tempat diwilayah Tanjungsari dilaksanakan tiap dusun.  Maka Rasulan bisa disebut juga Bersih Dusun atau Merti Dusun.  Rasulan Dusun Keruk tepatnya dilaksanakan pada hari Minggu Pahing, 30 September 2012 atau 14 Dulkangidah 1945 Tahun WAWU Windu ADI Wuku PAHANG / 14 Zulkaidah 1433H.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, rasulan di Dusun Keruk selalu meriah (meskipun hanya lokal satu dusun) tapi tidak kalah dengan rasulan satu desa. 😀 Berbagai tradisi dan atraksi yang khas menjadi hiburan tersendiri. Mulai dari kirab budaya, kesenian tradisional semacam reog, doger, jathilan bahkan Dusun Keruk memberikan hiburan wayang kulit hingga 2 malam.  Pada malam Sabtu dengan dalang Ki Tuminto dan pada malam Senin dengan dalang Ki Sugiran. Malam Minggu ada parade band serta pertandingan sepakbola tiap sore.

Biasanya, hari H yaitu Minggu Pahing merupakan waktu paling ramai karena diselenggarakan kegiatan Kirab Budaya keliling Dusun Keruk, persembahan dari antusiasme warga Dusun Keruk I hingga IV. Berbagai macam atraksi dan kreativitas tumpah ruah memeriahkan tradisi Rasulan ini.  Bapak-bapak mengenakan pakaian Jawa lengkap sementara yang muda menampilkan kreativitas masing-masing mulai dari Drumband, Barongsai hingga pakaian adat semacam Indian.  Gunungan diarak keliling dusun. Masyarakat dari desa disekitar Dusun keruk akan berbondong-bondong menyaksikan acara ini, tak peduli panas yang menyengat kulit. Kirab dilaksanakan mulai pukul 12.o0 hingga pukul 14.00 kemudian dilanjutkan dengan kenduri di balai dusun sebagai wujud doa bersama untuk ketentraman dan keselamatan seluruh warga.

Tradisi Khas

Sebagaimana di daerah lain di Gunungkidul, setiap momen Rasulan ini bisa dikatakan sebagai momen nepungke paseduluran (merekatkan persaudaraan).  Bagi para anak muda akan menjadi waktu yang tepat untuk #iderweteng dengan makan enak dan gratis.  Tiap rumah biasanya akan masak besar dan menjamu siapa saja yang datang ke rumah tanpa terkecuali.

Yang masih khas di Dusun Keruk dan sekitarnya yang mungkin tidak ada di rasulan daerah lain adalah tradisi mujud. Yaitu saudara dari desa/dusun lain akan datang berkunjung ke rumah dengan membawa beras dan uborampe lain atau hanya ngasih selipan amplop kepada tuan rumah.  Pulangnya, barang bawaan tadi akan ditukar dengan nasi dan lauk atau yang biasa disebut berkat. Ini akan bergantian dilakukan ketika saudara yang mujud melaksanakan tradisi rasulan.

Sebenarnya ada sisi negatif pada tradisi mujud ini, (1) akan ‘memberatkan’ kedua belah pihak. Saudara yang akan berkunjung harus membawa uborampe yang tentu butuh biaya begitu juga bagi yang dikunjungi harus masak ekstra. (2) Rikuh, ewuh pakewuh.  Ketika tidak ada ‘modal’ untuk mujud maka biasanya tidak ada kunjungan rasulan.  Padahal tujuan utamanya untuk lebih memperat persaudaraan.

Selain tradisi mujud, ada lagi yang disebut weton. Dimana menjelang kirab atau kenduri, tiap warga setor nasi dan lauk yang dimasukkan dalam ceting atau tenggok.  Dikumpulkan / dijadikan satu di rumah kepala dusun kemudian dibawa ke balai dusun.  Dulu ada yang namanya kiso, yaitu sebuah wadah yang dibuat dari anyaman blarak/daun kelapa kemudia diisi nasi dari nasi weton tersebut dan dibagikan ke warga sekitar yang berkunjung di areal balai dusun.  Namun beberapa tahun terakhir ini, tradisi kiso sudah tidak ada lagi.

Bagi Anda yang belum pernah datang ke acara Rasulan, silakan sekali waktu berkunjung.  Ini adalah pesta rakyat yang sebenarnya.  Berbagai masakan dan makan tersedia secara gratis, mulai dari gudeg, sambel goreng, ayam goreng dll.  Dan yang pasti banyak suguhan makanan spesial seperti peyek, jenang, jadah dll.  Pulang rasulan dijamin perut Anda tambah buncit. 😀

Sampai jumpa di Rasulan tahun depan lur!

Galeri Foto

Lihat Galeri Rasulan