Coba tanya remaja sekarang, laptop atau komputernya siapa yang tidak ada instalasi Photoshop didalamnya. Saya yakin lebih dari 75% ada program Photoshop didalamnya dan 95% nya adalah PS bajakan. Hehe.
Saya tidak akan mengupas soal bajakan atau asli karena Photoshop di PC saya sendiri adalah hasil nyedot di torrent. Ups! Terlepas dari soal tersebut, seperti yang kita rasakan bahwa Photoshop adalah software pengolah gambar paling populer di dunia. Meskipun bagi mereka yang pengin barang halal tanpa biaya bisa menggunakan software opensource sejenis PS, misalnya GIMP. Mungkin soal familiar, fitur yang ditawarkan sehingga sehingga software pengolah foto ini bagai barang wajib yang harus diinstal di laptop atau PC, termasuk saya sendiri juga melakukannya. Saya mengenal Photoshop dari tahun 2000-an. Sebatas mengenal sampai akhirnya program wajib yang menemani saya bekerja mencari nafkah lahir batin.
Sesuai dengan judul artikel ini, saya ingin bicara sedikit soal sisi lain Photoshop. Selain sebagai software yang akrab buat fotografer sebagai photo editor, sebagai software yang powerful untuk membuat desain web bagi para web designer, terkadang Photoshop saya gunakan sebagai moodbooster. Saat sedang dilanda kejenuhan, terserang badmood maka tidak jarang saya akan membuka photoshop. Rasa iseng dan jahil sering menjadi awal untuk berkreasi. #maksa. Tapi memang bisa jadi begitu adanya. Jangan dikira memanipulasi foto itu segampang yang dipikirkan.
Tahun 2009 saya sudah jahil. Hehe.
Sebagai contoh jika kita ingin menjahili teman dengan memanipulasi fotonya. Misalnya menggabungkan dengan foto wajah teman kita dengan foto lain, ada banyak langkah yang harus kita pikirkan dan lakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal; 1. siapkan foto utama; 2. tentukan tema; 3. cari foto kedua yang sesuai tema; 4. edit dengan photoshop. Langkah-langkah tersebut tak melulu berurutan seperti itu, bisa jadi kita nemu tema dulu atau menemukan foto kedua dulu dan seterusnya.
Disinilah proses kreatif yang akan berkembang. Tidak serta merta dua foto bisa digabungkan. Tentu saja harus tahu apakah posenya sesuai, ekspresinya sesuai agar tidak wagu dipandang mata. Selain itu ada beberapa langkah finishing yang perlu diperhatikan dan membutuhkan proses adjustment jika perlu misal gelap terang, perbedaan pixel, warna dan sebagainya.
Berikut ini adalah beberapa contoh jahilisme yang saya lakukan kepada beberapa teman.
Kesimpulan
Nikmatilah proses. Tidak perlu takut berbuat kesalahan. Dari situlah kreativitas akan berkembang. Saya tidak menganjurkan mengambil sisi negatif kelakuan jahilnya tapi praktek-praktek yang kita lakukan bisa diterapkan untuk kasus tertentu yang membutuhkan kreativitas. Pesan saya, jangan berlebihan jahil kepada teman-teman Anda, kalau mereka ga terima fotonya kan bisa terjadi kesalahpahaman. Jika perlu, minta ijin dulu sebelum Anda mengutak-atik foto seseorang. Sssst jangan bilang-bilang ya, saya belum minta ijin ke temen-temen yang fotonya saya edit diatas. 😀