Menyenangkan memang, bertemu banyak orang terlebih orang-orang pinter dan punya kepedulian yang tinggi, dimana mereka banyak menghabiskan waktu untuk kegiatan sosial. Begitu juga waktu saya akhir-akhir ini terasa sangat membahagiakan ketika ikut hiruk pikuk para aktivis sosial di Gunungkidul. Tersebutlah dengan nama DRR, kepanjangangan dari Disaster Risk Reduction atau bahasa gampangnya pengurangan resiko bencana. Yah meskipun cuma sedikit nyumbang aspirasi, namun seperti yang saya katakan tadi… menyenangkan dan paling tidak menambah pengalaman.
Apa itu DRR?
Berawal dari keprihatinan beberapa gelintir orang akan kepedulian edukasi kebencanaan di Gunungkidul yang masih kurang sehingga memicu niat dan tekad untuk ambil bagian ditengah masyarakat. Sebenarnya ini bukan yang pertama, sudah ada PMi, BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) atau Tagana (Tanggap Siaga Bencana). Namun berbagai kendala yang complicated, entah soal dana, personil maupun teknis menyebabkan penyampaian informasi tentang bencana kepada masyarakat belum bisa merata. Maka DRR (Disaster Risk Reduction) hanya secuil tunas yang diharapkan bisa cepat tumbuh untuk membantu mengedukasi masyarakat tentang penanggulangan bencana.
Saya tidak akan terlalu panjang dan lebar penjelasannya karena memang pengetahuan saya juga masih kurang. Mudah-mudahan bisa share yang lebih lengkap dikemudian hari. Bisa juga like fanpage DRR Gunungkidul untuk lebih jelasnya. Postingan ini niatnya untuk share tentang logo DRR Gunungkidul yang saya buat beberapa waktu yang lalu.
Logo DRR Gunungkidul
Sesuai permintaan dari sang penggagas DRR, Mr. Yudan, dimana beliau meminta dibuatkan identitas untuk DRR Gunungkidul. Oke akhirnya saya terima tugas sosial ini sebagai bentuk dukungan saya terhadap DRR yang notabene menjadi gerakan pengabdian kepada masyarakat.
Blablabla… setelah melakukan ritual semedi dan sketsa seperti biasa, saya membuat tiga draft logo untuk mewakili identitas DRR Gunungkidul.
Logo-logo diatas sudah saya bikin berdasarkan wangsit yang saya peroleh pada proses ritual. 😀 jadi tak perlu menjelaskan apa maknanya, saya pikir pembaca lebih smart untuk menganalisa apa makna dan maksudnya.
Dan setelah melalui proses perbincangan alot dengan rekan-rekan sambil wedangan diangkringan maka kita memilih untuk menggunakan logo yang nomer tiga.
Pada suatu kesempatan saya sempatkan untuk memposting logo tersebut di Twitter dan tak disangka ternyata mendapat respon dari UNISDR – United Nation of Internatial Strategy for Disaster Reduction yang berkedudukan di Jenewa yang merupakan bagian dari PBB.
@arwanod Thx for sharing this logo design for #DRR – is it going to be used somewhere and by who?
— UNISDR (@unisdr) May 31, 2013
Awalnya saya berpikir bahwa penggunaan nama DRR akan menyalahi aturan atau melanggar hak cipta dari UNISDR, maka saya menanyakan langsung saat itu juga.
@unisdr Yes. I created this logo for the community in my district (Gunungkidul, Jogjakarta, ID) called #DRR Disaster Risk Reduction
— A1→ (@arwanOD) May 31, 2013
@arwanod Yes you can – I think the logo you designed highlights DRR and disaster risk reduction nicely
— UNISDR (@unisdr) May 31, 2013
Ahh lega! Prasangka saya tak terbukti. Logo DRR Gunungkidul malah mendapat pujian dari UNISDR. Hehe… 😀 Demikianlah cerita saya yang sungguh nggladrah ini. Matur Nuwun.