Gunungkidul adalah salah satu kabupaten bagian dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagai bagian dari daerah istimewa tentu saja Gunungkidul juga termasuk dalam lingkup istimewa tersebut.
Dengan luas 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Propinsi DIY, maka Gunungkidul adalah wilayah terluas. Meskipun dikenal sebagai daerah kering dan gersang, namun Gunungkidul menyimpan berjuta keistimewaan, mulai dari kekayaan alamnya, tujuan wisata, tradisi dan adat istiadat yang istimewa serta sejarah panjang tentang Gunungkidul.
Apalagi seperti yang kita lihat, saat ini siapa yang tidak kenal Gunungkidul yang punya Pantai Baron, Pantai Kukup, pantai Siung, Pantai Indrayanti aka Pantai Pulang Syawal. Siapa yang tidak tahu Air Terjun Sri Gethuk, Goa Pindul, Kali Suci, Gunung Api Purba Nglanggeran dll. Kita sudah akrab dengan tradisi Rasulan sebagai warisan tradisi yang unik, Cupu Panjala, Nyadran dan masih banyak lagi. Kuliner unik semacam thiwul, gatot dan walang goring hanya ada di Gunungkidul.
Betapapun Gunungkidul pada waktu yang lalu hanya dikenal sebagai daerah marjinal yang terpinggirkan, namun saat ini seakan sudah tertutupi dengan beragam keistimewaan yang bisa dikembangkan di Gunungkidul. Hanya sayangnya, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata belum ambil langkah maksimal untuk mengembangkan potensi-potensi tersebut sehingga kekuatan Gunungkidul akan lebih berkilau dan mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. Apa yang harus dilakukan? Tentu saja selain perbaikan infrastruktur dan pelayanan yang maksimal, saya kira perlu ada branding yang kuat tentang Gunungkidul.
“Branding is one of the most powerful ways of promoting product” kata Willy Ollins. Dengan kata lain, bagaikan sebuah produk, branding mempunyai kekuatan untuk mempromosikan suatu kota/kabupaten. Globalisasi pada era komunikasi yang terus berubah setiap saat, maka mau tak mau setiap tempat harus “bersaing” dengan tempat lain untuk mendapatkan dan mengumpulkan atensi dari masyarakat luas. Ini adalah strategi suatu wilayah untuk mendapat positioning yang kuat dari masyarakat luas atau bisa kita sebut sebagai City Branding.
Makin terbukanya akses komunikasi dan informasi dari berbagai arah termasuk adanya social media maka sangat memungkinkan penyebaran informasi yang sedemikian cepat termasuk berbagai macam hal tentang Gunungkidul akan bisa tersebar cepat dalam hitungan detik. Mau tak mau tiap daerah harus bersaing dalam berbagai aspek: Perhatian (attention) – Pengaruh (influence) – Pasar (market) – Tujuan Bisnis & Investasi (business & investment destination) – Turis (tourist) – Tempat tinggal penduduk (residents) – Orang-orang berbakat (talents), dan – Pelaksanaan kegiatan (events) .Oleh karena itu sebuah daerah membutuhkan Brand yang kuat.
Secara khusus, City Brand adalah sebuah identitas, merk, logo, simbol yang melekat pada suatu daerah tertentu. Seperti juga Gunungkidul, jika ada tujuan jangka panjang yang lebih besar, tak salah jika membuat sebuah perencanaan city branding. Tentu saja berakar pada pontensi daerah Gunungkidul yang memang layak utuk dijual.
Apa keuntungan dari city branding?
- Dianggap sebagai daerah yang memiliki ciri khas serta sesuai untuk tujuan yang khusus.
- High awareness. Daerah tersebut akan dikenal luas oleh masyarakat.
- Pencitraan yang kuat akan membuka para investor untuk tak segan berinvestasi baik pada bidang wisata, tempat tinggal maupun penyelenggaraan events tertentu.
Penciptaan city branding ini tak semudah membalikkan telapak tangan. Beberapa daerah banyak mengalami kegagalan dalam membangun city branding. Perlu diingat bahwa penciptaan city branding bukan semata-mata tugas pemerintah saja. Sinergi yang kuat dari berbagai lapisan masyarakat sangat perlu; pemerintah dan birokrasi, masyarakat, pengusaha, intektual, media; yang secara bersama-sama mempunyai kesadaran untuk membangun citra positif dan menemukan solusi kreatif dalam membangun dan mengembangkan potensi Gunungkidul.
Gunungkidul | The Hidden Paradise of Jogja
Saya sebagai orang asli Gunungkidul, sangat memimpikan Gunungkidul mempunyai brand kuat yang melekat di semua orang, bukan hanya nasional namun seluruh dunia tahu tentang Gunungkidul. Tentu, bukan terkenal dalam hal negatif namun potensi yang membuat orang ingin mengunjungi Gunungkidul dengan segala keunikannya.
Sebut saja; Jogja “Never Ending Asia“, Jakarta “Enjoy Jakarta”, Solo “Spirit of Java”, Pekalongan “World’s City of Batik”, Bandung “Parijs van Java”.
Bagaimana jika saya menyebut Gunungkidul “The Hidden Paradise of Jogja”? Ingat, sesuatu yang tersembunyi pasti bikin penasaran orang untuk melihatnya. Apalagi yang tersembunyi adalah sebuah ‘surga’. Gunungkidul yang sering mejadi bahan tertawaan ternyata meyimpan sejuta pesona yang tak dimiliki oleh daerah lain. Sebagai contoh adalah wisata pantai. Gunungkidul mempunyai lebih dari 50 pantai yang kebanyakan masih perawan. Bukankah itu sangat menggiurkan untuk dikunjungi?
Kenapa saya menggunakan kata Jogja? Siapa yang tidak kenal Jogja. Ketika orang menyebut Jogja, akan identik dengan Daerah Istimewa Yogyakarta, bukan hanya kota Jogja. Jogja sudah mempunyai high-awareness yang kuat sehingga jika ikut ‘nebeng’ ketenaran Jogja untuk mengangkat Gunungkidul saya pikir tidak salah, toh Gunungkidul bagian dari Jogja juga.
Konsep Kesederhanaan
Dalam membuat draft logo untuk city branding Gunungkidul, saya lebih mengedepankan konsep kesederhanaan, seperti Gunungkidul dan masyarakatnya yang sederhana namun bersahaja.
Apa yang ingin saya komunikasikan?
- Wordmark “Gunungkidul” dengan beberapa aksen ornamen yang saya ambil dari filosofi ombak. Kenapa ombak? Potensi wisata Gunungkidul yang paling terkenal dan khas adalah wisata pantai selatan dengan ombaknya yang besar. Saya gunakan juga warna biru sebagai warna laut dan langit.
- Padanan huruf serif yang saling mengikat menyimbolkan sinergi yang kuat antar lapisan masyarakat dengan satu tujuan membangun Gunungkidul.
- Pada tagline “the hidden paradise of jogja” saya menggunakan warna oranye untuk menyimbolkan semangat, energy, antusiasme serta keramahan masyarakat Gunungkidul dengan segala kesederhanaannya dan sifat low profile yang saya simbolkan dengan lowercase pada font tagline.
Untuk lebih memperkuat brand agar lebih mudah diingat, semacam singkatan dari Gunungkidul yang diimplementasikan dalam bentuk symbol atau grafis atau ikon. Kita pasti tahu itu Nike meskipun hanya melihat swosh dari logo Nike yang terkenal itu. Kita pasti tahu itu McDonald meskipun hanya melihat grafis M. Atau kita pasti tahu itu produk Apple meskipun hanya melihat gambar apel kroak.
Nah, bagaimana dengan brand Gunungkidul? Saya membuat grafis yang simple yang saya ambil dari bagian wordmark Gunungkidul. Adalah sebuah ornamen sederhana yang kemudian akan kita sebut sebagai gambar ombak modifikasi. Tujuannya adalah ikon ini bisa digunakan pada suatu media tertentu yang hanya memerlukan ikon atau logo yang simpel dan tentu saja memperkuat Gunungkidul dengan sebuah ikon khusus, liat ikon ombak, inget Gunungkidul.
Contoh Aplikasi Pada Media
Tentu implementasi sebuah logo pada suatu media tertentu. Beberapa media yang bisa digunakan sebagai contoh pengujian misalnya (1) Visual Identity pada graphic standar manual, stationery (2) Website (3) Environmental Graphic Design: signage, banner, wrapping dll. (4) Berbagai bentuk merchandise: t-shirt, mug, topi dll.
Berikut beberapa contoh desain implementasi logo Gunungkidul pada media (klik untuk memperbesar):
Konklusi
Artikel maupun logo dan simbol Gunungkidul ini hanyalah draft sederhana yang saya buat karena atensi yang lebih terhadap Gunungkidul dan juga terdorong oleh rasa keprihatinan atas kurangnya greget pemerintah untuk cancut taliwondo membangun Gunungkidul menjadi tujuan wisata nomer satu di Indonesia. Tentu konsep city branding ini hanya sebagian kecil dari proyek lebih besar untuk membangun city branding yang sebenarnya.
Ini hanya proyek pribadi, tidak untuk mempengaruhi pihak tertentu dalam konteks negatif tapi dalam sisi positif, iya. Sangat bersyukur jika artikel dan konsep ini dibaca oleh berbagai pihak yang perhatian dengan Gunungkidul lalu menjadikannya proyek nyata yang lebih baik demi menyongsong Gunungkidul diHari esok (GdHe) yang lebih baik. 🙂